“Saya harus membagi waktu, tenaga, dan pikiran untuk tiga peran besar sekaligus, yakni sebagai mahasiswi, ibu, dan dosen. Setiap hari dipenuhi tantangan dengan bangun lebih pagi dari semua anggota keluarga, menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga, lalu bekerja sambil kuliah sepanjang hari. Waktu penelitian dan menulis diselipkan di sela-sela semua kegiatan tersebut,” terangnya.
Baginya, gelar Doktor Pendidikan Matematika ini diraih setelah perjalanan panjang yang menuntut dedikasi penuh sebagai peneliti, pendidik, sekaligus seorang ibu.
“Melalui riset, saya ingin terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di Indonesia dengan menekankan pendekatan yang memanusiakan siswa, mengembangkan cara berpikir kritis, dan menjadikan matematika sebagai ilmu yang bermakna dalam kehidupan sehari-hari,” sambungnya.
Ia menyampaikan bahwa gelar ini bukan sekadar formalitas akademik. Hal ini adalah bentuk tanggung jawab intelektual dan kontribusi nyata sebagai pendidik. Menurutnya, tantangan pasti ada terutama bila harus membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, dan studi. Namun proses ini akan sangat sepadan dengan hasilnya.
“Jangan menunggu waktu sempurna, karena waktu sempurna itu tidak akan pernah datang. Mulailah dari langkah kecil seperti niat, rencana, dan keberanian untuk memulai. Kita tidak hanya sedang mengejar gelar, tapi juga sedang menyiapkan diri untuk memberi dampak lebih besar bagi mahasiswa, institusi, dan dunia pendidikan,” imbuhnya.