Rupiah Menguat di Momen Kemerdekaan: Mampukah Tembus Rp15.000 per Dolar AS?

jatiminfo.id
Ilustrasi oleh Redaksi

David Sumual, Ekonom BCA, menambahkan bahwa pelemahan indeks dolar AS menjadi pemicu utama masuknya modal asing ke Indonesia. Hal ini didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang semakin kuat. Kondisi ini menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi rupiah.

Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, melihat penguatan tajam rupiah sebagai hasil kombinasi faktor eksternal dan domestik. Dari sisi eksternal, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed diperkuat oleh pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang mengindikasikan bahwa pemangkasan bisa mencapai 50 basis poin.

“Ekspektasi pemangkasan bunga The Fed, ditambah peluang 50 bps seperti yang diungkapkan Scott Bessent, menjadi sentimen yang kuat melemahkan dolar AS,” jelas Josua, menekankan pentingnya komunikasi kebijakan dari otoritas AS.

READ -  APBD Bangkalan 2026: Belanja Pegawai Jumbo, Rakyat Jadi Prioritas Kedua?

Dari dalam negeri, aliran dana asing tercatat sangat kuat di pasar obligasi dan saham. Lelang Surat Utang Negara (SUN) terbaru mencatatkan penawaran hingga Rp162,3 triliun, menjadi yang tertinggi sejak tahun 2016. Tingginya minat investor asing terhadap SUN menunjukkan kepercayaan terhadap fundamental ekonomi Indonesia.

“Minat asing pada pasar obligasi kita sangat tinggi. Stabilnya imbal hasil obligasi 10 tahun RI di kisaran 6,41% juga membuat carry trade semakin menarik,” ungkap Josua, menjelaskan daya tarik investasi obligasi Indonesia di mata investor asing.

Josua menambahkan bahwa selama sentimen global tetap positif dan arus modal asing terus mengalir masuk, peluang rupiah untuk menguji level psikologis Rp16.000 sangat terbuka lebar.