Ra Nasih: Permintaan Maaf Saja Tidak Cukup, Pulihkan Nama Baik Pesantren

jatiminfo.id
Kh. Nasih Aschal, Ketua Umum Ponpes Syaikhona Kholil Bangkalan, (Foto: RN Center)

“Pesantren adalah sumber nilai, bukan tempat yang bisa digambarkan sembarangan oleh media yang tidak memahami tradisi dan adab di dalamnya,” katanya.

Tayangan yang Menyulut Reaksi Publik

Pernyataan Ra Nasih ini merespons tayangan program Xpose Uncensored di stasiun televisi Trans7 yang sempat viral di media sosial. Dalam tayangan tersebut, pesantren digambarkan dengan cara yang dinilai merendahkan martabat dunia santri. Sejumlah narasi dan ilustrasi dalam program itu dianggap tidak pantas dan menyinggung kehidupan pesantren secara umum.

Tayangan itu memicu kemarahan publik, terutama kalangan santri, kiai, dan alumni pesantren di berbagai daerah. Gelombang protes muncul di media sosial dengan tagar #SavePesantren dan #BoikotTrans7, yang menjadi trending topic nasional selama beberapa hari.

READ -  Cerita Keakraban Komunitas Bahasa Isyarat dan Polsek Tanjungbumi, Ini Manfaat Ngopi Bareng

Sejumlah organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU), Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), hingga Forum Pesantren se-Indonesia juga menyampaikan kecaman terbuka. Mereka menilai tayangan tersebut sebagai bentuk penghinaan terhadap lembaga pendidikan Islam yang telah berkontribusi besar dalam perjalanan bangsa.

Meski pihak Trans7 telah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka, banyak pihak menilai langkah itu belum cukup. Publik menuntut agar stasiun televisi tersebut menayangkan klarifikasi dan liputan khusus tentang peran pesantren dalam pembangunan bangsa sebagai bentuk tanggung jawab moral.