“Kami khawatir kondisi gedung yang seperti ini sengaja dibiarkan oleh pihak sekolah, karena sampai sekarang belum ada perbaikan apapun, malah tambah parah, ini bukan lagi sekadar soal bangunan, tapi soal masa depan pendidikan anak-anak kami. Jangan biarkan mereka belajar dalam kondisi berbahaya dan tidak pantas disebut sekolah,” tegas warga lainnya dengan nada kecewa.
Mirisnya lagi, peringatan HUT ke-80 RI yang harusnya menjadi momentum refleksi justru berubah menjadi tamparan keras. Fakta ini menegaskan bahwa jargon pemerataan pendidikan masih sebatas retorika, sementara realitas di lapangan jauh dari itu.
Sementara itu, Kepala sekolah SDN Lombang Laok 2 Ketika dikonfirmasi jurnalis Jatiminfo.id melalui WhatsApp pribadinya, Abdul Wahed hanya menuliskan singkat, “Muridnya hanya 44 mas.”
Respons tersebut memicu kekecewaan warga yang berharap ada penjelasan serius mengenai kerusakan, maupun upaya perbaikan bangunan sekolah tersebut.
“Jawaban seperti itu jelas menghindar dari persoalan. Masalahnya bukan jumlah murid, tapi kondisi gedung yang rusak parah. Apa mau dibiarkan begitu saja,” tegas salah seorang warga dengan nada kesal.
Masyarakat menilai pernyataan kepala sekolah itu semakin memperlihatkan adanya indikasi pembiaran terhadap kondisi gedung sekolah.
Mereka juga meminta agar Dinas Pendidikan Kabupaten Bangkalan bersama Inspektorat segera turun tangan melakukan audit menyeluruh. “Kami curiga ada yang tidak beres. Sudah bertahun-tahun ada dana BOS, tapi kondisi sekolah bukannya membaik, malah tambah parah,” tegasnya.