“Kalau bicara kemandirian pangan, maka bicara tentang ketersediaan, keterjangkauan, dan keberlanjutan. Disini desa punya potensi luar biasa. Lahan desa, kearifan lokal, hingga semangat pemuda bisa menjadi penggerak. Kalau ini terintegrasi, desa tidak hanya tahan pangan, tetapi bisa menjadi penopang ekonomi nasional,” imbuhnya, menjelaskan potensi besar yang dimiliki desa dalam mewujudkan kemandirian pangan dan dampaknya bagi perekonomian nasional.
Kegiatan bimbingan teknis ini diikuti oleh perwakilan dari 11 desa, Tenaga Ahli Pembangunan Masyarakat Kabupaten (TAPM), serta Pendamping Desa di Kecamatan Lembang. Setiap desa mengirimkan dua utusan, yakni kepala desa dan kader pemuda. Diharapkan kehadiran para pemuda ini dapat menjadi motor penggerak desa inklusif sekaligus memperkuat kemandirian pangan di tingkat lokal, membawa semangat baru dan inovasi dalam pengelolaan sumber daya desa.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Bandung Barat, Ariyanto Katili, S.E., M.M., menyatakan komitmen penuh pemerintah daerah dalam mendukung desa untuk memperkuat program inklusif dan memastikan keberlanjutan gerakan kemandirian pangan. Dukungan ini akan diwujudkan melalui berbagai program dan kebijakan yang berpihak pada pengembangan desa.
Sekretaris Desa Lembang, Mochamad Taufik, S.Pd., menambahkan bahwa masyarakat Desa Lembang telah memulai gerakan kemandirian pangan melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan pemberdayaan kelompok perempuan desa dalam memperkuat ketahanan pangan keluarga. Inisiatif ini menjadi contoh konkret bagaimana masyarakat desa dapat berperan aktif dalam mewujudkan kemandirian pangan.